Bertukar kisah

Tadinya tahun ini aku niatkan untuk kembali lurus, tapi sepertinya aku masih akan menghancurkan banyak tembok. Aku masih akan menabrakan diriku ke hal-hal yang tidak aku suka. Mungkin akan bertemu orang baru dan kehilangan orang lama, tapi ya sudah, bukan kah siklusnya memang begitu? Lagipula.. ingin ketawa.

Aku masih akan acuh pada pendapat orang lain, kecuali pada orang-orang tertentu. Betul-betul orang tertentu saja yang aku beri akses masuk ke dalam pikiranku. Mungkin pada nama-nama yang baru aku tahu sejam atau 2 jam, yang jelas dengan orang-orang yang tau tentang perasaan terburukku. Tentang ketakutan yang terlalu lengket. Tidak untuk yang seringkali menjadikan asumsinya sendiri jadi bahan menilai aku. Heran, padahal bertanya tinggal tanya. Kalo salah, minta maaf. Kalo ga dimaafkan, yowislah wkwk. Lagipula kita semua pemeran utama di cerita masing-masing. Mungkin aku jadi pemeran tambahan di cerita lain, mungkin aku jadi bajingan di cerita lain.

Jadi ini ya fungsinya ego. Tidak untuk dikecilkan ataupun "tidak diberi makan". Ga tau sih, seolah memberi makan ego adalah hal yang buruk. Padahal diberi makan atau tidak, ego kita selalu ada disana, mungkin semakin besar seiring umur kita bertambah. Seharusnya itu tidak menjadi hal yang menakutkan karena mau gimanapun dia tetap bagianmu. Padahal kebanyakan bahkan ga bisa menjelaskan ego itu apa, lalu selama ini mereka mengimani apa?

Comments

Popular posts from this blog

Habit 10 Hari Akhir Ramadhan

Hati-hati hati.

Bapak