Satu Ramadhan dan Nabi Yunus

Pagi pertama di bulan ramadhan tahun ini diisi dengan sebuah kajian online yang jadi rangkaian acara dari Kelas Ramadhan Maksimal a.k.a KRM. Masih ingat dengan insight dari kajian sebelumnya yang menekankan tentang niat, hari ini aku meniatkan untuk hadir penuh di kajian tersebut bersama para peserta yang disatukan oleh layar, internet, dan karuniaNya.

Sambil merapihkan halaman kebunku, ustad yang menjadi pemateri bicara soal tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia yang rendah. Menurutku ini lucu, karena dulu kakek nenek kita terkenal memiliki budaya ramah tamah yang tinggi dan tentu itu identik dengan senyuman dan penyambutan yang hangat. Namun makin kesini, aku juga sadar seolah budaya kita tergerus dan bergeser sampai kini kita menyandang predikat "netizen paling tidak sopan". Bertolak belakang banget wkwk.

Ustad tersebut juga menjelaskan makna taubat, yang sederhananya adalah kembali pada Allah. Entahlah menurutku ini salah satu bentuk cinta Allah pada umatnya, dimana Ia hanya meminta umatnya kembali padaNya ketika melakukan kesalahan. Ia bahkan ga menuntut umatnya langsung 100% baik, cuma diminta kembali. Namun aku, sebagai umatnya yang masih banyak dosanya ini, kadang terlalu angkuh untuk sekedar bersimpuh. Kataku, masalahku ini harus dipikirin, diselesaikan dengan logika. Padahal ringan sekali loh, buat Allah menyelesaikan itu dengan lautan budi pekertinya. Haduh aku.

Hal selanjutnya yang mengetuk hatiku adalah doa Nabi Yunus ketika beliau Allah uji musibah tertelan ikan paus. Sebetulnya, ini doa favoritku, tapi mendengar ini dibahas kembali sama ustad jadi bikin aku semakin nyes. Kenapa? Karena ku selalu merasa diriku ini dzolim sama diri sendiri, masih suka kalah dengan ego sendiri. Doa nabi Yunus ini, somehow pendek tapiiii ringkas sekali. Begini bunyinya;

“Lailaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadhdhalimin."
Artinya:
"Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." 

Maka siapalah aku untuk berani mengangkat dagu dengan angkuh, kalau tuhanku saja sudah hapal tiap kesalahanku dan tidak pernah sungkan memaafkan ku.

Comments

Popular posts from this blog

Habit 10 Hari Akhir Ramadhan

Hati-hati hati.

Bapak