Mendefinisikan: menangis dan bahagia.
Katanya menangis itu hanya untuk orang-orang lemah. Menurutku, ga gitu. As always, I disagree lmao.
Menangis itu hanya untuk orang yang berani melepaskan dirinya menerima kesedihan. Apalah orang-orang yang bisanya komentar, mental netizen. Orang-orang yang tidak mengizinkan dirinya menangis, apa yang membuat mereka berpikir mereka lebih baik atau lebih kuat dibanding orang yang menangis? Kenapa mereka tidak mengizinkan dirinya menangis? Malu sama gender, kah?
Sebetulnya I do understand, karena emosi negatif (seperti: sedih, marah, jijik, kecewa, takut, dll) bukan emosi yang menyenangkan untuk dirasakan, makanya mungkin ada beberapa orang yang memilih untuk menyangkal emosi itu seolah mereka sudah kebal. Apalagi kalau cuma lihat dari layar ponsel, uh, kayanya orang-orang ingin selalu suci dari emosi negatif. Padahal suka ga suka, ngerasain emosi negatif itu perlu. "Negative emotion serves as revolutionary purposes".
Aku tau, aku tetap harus mengusahakan kebahagiaanku. Tidak akan diam pasrah di tempat dimana aku merasa tidak bahagia. Namun sebagai seorang anak perempuan yang tumbuh dari pengalaman ditinggalkan ibunya untuk mencari definisi bahagia, aku punya definisi sendiri tentang apa itu bahagia.
Bahagia: sedih, marah, senyum, menyesal, tertawa, lega, kemudian berulang. Bahagia menurutku bukan murni tentang "merasa di atas", tapi menerima semua proses "menuju atas" pun ketika terpaksa turun lagi. Kalau dipikir lagi, definisi bahagia ku mirip dengan definisi syukur. Silahkan tarik kesimpulan sendiri, sesukamu.
Comments
Post a Comment