Sesampai Di Rumah

Sesampai di rumah, biasanya aku disambut oleh Iyo yang membukakan pintu rumah. "Assalamualaikum" yang dijawab oleh ayah dari dalam kamar. Aku buka sepatuku dan melihat sekeliling rumah. "Haduh, berantakan" tapi aku tersenyum karena akhirnya rindu tersampaikan.

Aku langsung ke kamar menyimpan semua barang, ganti baju, dan pergi ke kamar ayah. "Yaw kakak beli ini, mau engga?" yang sebenarnya aku beli untuk sendiri tapi ayah dan iyo pasti mau. Kenapa ga sengaja dibeliin buat mereka juga? Karena kalo belinya banyak mereka pasti ga mau, tapi kalo beli cuma buat ku pasti mau.

Sambil makan, ayah akan mulai cerita satu-persatu hal-hal yang sudah dilewatinya selama aku ga di rumah, ga jarang juga mengeluh ini itu dan minta pendapatku soal apa aja. Jarang sekali aku langsung ditanyakan kabar, dulu aku suka pundung gara-gara ini wahaha. Kok ya ga pengen tau kabar anaknya, dulu mah mikirnya gitu tapi sekarang mendengar ceritanya aja udah cukup mengobati. Akhir-akhir ini, setiap pulang dan pertama kali lihat ayah, hal pertama yang ingin dilakukan itu nangis tapi lagi-lagi aku si sulung ini ga ingin bikin ayahnya khawatir jadi aku selalu menyimpan tangisku sendiri.

Aku biasanya melewatkan momen ayah berangkat kerja karena masih tertidur. Balas dendam kurang tidur selama di Jatinangor xixi. Di rumah biasanya aku lebih banyak menghabiskan waktu tanpa handphone. Aku sengaja meluangkan waktu untuk banyak me time. Me time ku ini agak aneh kalau di rumah, entah itu dihabiskan untuk sekadar mengisi kabinet dapur atau kulkas yang kosong, beres-beres lemari, atau memasak. Btw ternyata masak itu bikin tenang ya. Biasanya aku mengajak bibi untuk belanja keperluan yang habis, sekalian beli bahan untuk aku masak.

Kulkas rumahku seringnya kosong, karena bibi memang jarang masak dan seringnya beli makanan di luar. Kalau aku kebalik, selama di rumah sebisa mungkin masak. Jangan mikir kejauhan, masak yang cetek doang bisanya. Itupun sambil liat resep dari gugel atau cuma pake bumbu siap pakai yang bisa dibeli di Yogya. Selain untuk belajar, aku ingin "membayar" pola makan yang seringnya ga sehat selama di luar rumah.

Sore menjelang magrib biasanya Iyo sudah pulang, itupun kalau dia tidak pergi main dengan temannya atau pergi GO. Sesekali aku pesan go-food, makanan yang sekiranya bikin dia lahap makan. Wah priceless banget rasanya kalau Iyo makan 2 piring di depanku. Kalau Iyo lagi ga cape, biasanya kita akan lanjut ngobrol tentang apa aja. Kadang juga Iyo main gitar lalu aku nyanyi liriknya deh, seru! Kami emang keluarga musik banget.

Malamnya ayah datang membawa bingkisan makanan dari luar. Iyo akan ayah suruh makan lagi, tapi biasanya dia ga mau karena yaa jarak makannya terlalu dekat jadi masih kenyang. Lalu aku dan ayah akan makan berdua di ruang makan. Di momen ini biasanya ayah mulai bertanya kabarku. Aku akan menjawab jujur tapi sebisa mungkin terdengar baik-baik aja. Lalu sekali lagi omongan ayah membuat aku bangkit, padahal omongannya selalu sama "dikeureuyeuh weh, kak". Sekali lagi aku berterimakasih pada Allah, karena ayah memberi ku kesempatan untuk belajar jatuh dan bangkit sendiri.

Obrolan itu biasanya dilanjut sambil ayah tiduran di kamarnya. Obrolannya kemana-mana, kadang tentang harinya atau flashback masa lalunya. Tugasku mendengarkan dan merespon, walaupun kadang ceritanya sama aja😂 tapi gapapa, aku masih bisa mendengar cerita ayah adalah tanda kalau ayah sedang baik-baik saja.

Hari-hari berikutnya kurang lebih akan sama, sampai aku bilang "Yaw, kakak pulang ke nangor ya besok". Ayah pasti jawab "gening? Kenapa besok, kaw?". Kata ayah, kalau aku ga ada rumah jadi sepi. Iya karena aku ini satu-satunya perempuan, satu-satunya yang berisik, satu-satunya yang ekspresif disini. Terlebih sekarang Iyo juga udah mulai sering main di luar sampai larut. Iyo sering dinasehati ayah untuk ga pulang terlalu larut, tapi sejujurnya aku mengerti fase yang sedang Iyo jalani makanya aku selalu stand by nungguin sampai Iyo pulang. Tugas seorang ibu sekali, ya? Iya, karena disini aku satu-satunya perempuan yang berusaha mengisi kekosongan posisi ibu walaupun engga akan pernah bisa terganti.

Comments

Popular posts from this blog

Habit 10 Hari Akhir Ramadhan

Bapak

Menjadi "gapapa"