Bukankah sudah cukup?

Tulisan ini dibuat di pagi hari setelah membaca sebuah tulisan yang lumayan bikin #tertampar dan #tersadar. Seolah lupa sama pilihannya sendiri, Shaskia diingatkan Allah tentang sulitnya berharap sama manusia. Termasuk sama diri sendiri. Aku mau bersembunyi dibalik sifat manusiawiku, bahwa nyatanya sifat aku ini banyak kurangnya. Kurang self-control karena lagi-lagi jatuh disini, padahal tau betul bahwa selemah-lemahnya pengharapan adalah berharap pada cintanya manusia. Tapi teteup aja masih  terlalu berharap dapat cintanya manusia.

Belum pulih dari sedih karena habis ditinggal bunda pulang ke Bali, pagi ini aku sedih dan hampir menangis. Sedih karena hal yang bahkan ga bisa aku sebutkan disini, padahal blog ini adalah pelarianku dari dunia yang kadang suka bikin kecewa. Alasannya tidak lain karena (lagi-lagi) aku harus menjaga hati yang lain (di atas hatiku sendiri), aduh Shaskia kenapa sih kamu memilih jalan ini~

Kenapa sih aku memilih jalan ini? Berusaha menjaga hati orang lain sedangkan hatiku sendiri...

Jawabannya karena aku sadar betul kalau aku ini tidak hidup sendirian. Kepentinganku beringinan dengan kepentingan orang-orang yang hidup berdampingan denganku. Namun, kenapa aku selalu berusaha menjaga perasaan mereka yang kalau posisinya dibalik (mereka jadi aku), belum tentu akan menjaga perasaan aku sebaik aku menjaga perasaannya.

Bukankah sudah cukup, shas?
Tidak, kebaikan tidak akan pernah mencapai kata "enough" sampai akhirnya kebaikan bisa mengantarkan aku ke surgaNya bersama orang-orang yang aku cintai. Tuhkan, pada akhirnya selalu ada kepentingan yang diperjuangkan dibalik diri seorang manusia, entah itu alasan duniawi atau surgawi. Maka, aku mau bersembunyi dibalik sifat manusiawiku (lagi).

Maka, aku yakini untuk mencintai diriku sendiri terlebih dahulu sebelum mencintai orang lain. Mudah-mudahan aku berada dijalan yang tepat karena menurutku pasti ada saatnya semua orang, sahabat, saudara, teman, orangtua, akan berada di sisi yang berseberangan dengan aku. Kalau pada saat itu aku tidak mencintai diriku, lalu gimana?

Kalau tulisanku ini menimbulkan kesan tersirat bahwa aku ini "egois", kalau begitu kesimpulamu, terserah kamu. Di negeri yang pendapatmu masih bebas untuk disuarakan, salah persepsi tentang konteks sebuah tulisan itu kayanya hal yang lumrah. Kalau kesanmu tentang aku cuma "shaskia egois", artinya kita kurang kenalan. Mari berkenalan, tapi di dunia nyata tentunya.

Baiklah shas, waktunya untuk kembali benar-benar hanya berharap pada Illahi dan berpasrah tentang hatimu sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Habit 10 Hari Akhir Ramadhan

Bapak

Menjadi "gapapa"