Satu peran ibu yang tidak tergantikan

Waktu bagian Indonesia refleksi webinar dari Kelas Ramadhan Maksimal. Walaupun agak telat join zoomnya, tapi alhamdulillah masih bisa dapet inti dari topik yang dibawakan teh Karina Hakman.

Btw, liat teh Karina jadi inget masa perjuangan di Kami Muslim. Aku tiba-tiba dikasih amanah jadi ketua departemen, menggantikan ketuaku yang waktu itu cuti kuliah. Waktu itu kehadiranku di organisasi tersebut cukup nyentrik, karena jarang sekali ada perempuan yang ditunjuk jadi pemimpin, kebanyakan hanya jadi wakil laki-laki. Buatku pribadi, laki-laki dan perempuan itu punya kesempatan yang sama dalam mengembangkan dirinya, dimanapun ia berada.

Beda konteks kalau dalam rumah. Aku sendiri sudah terbiasa mengisi peran ibu di rumah sejak usia 17 tahun. Iya, peran itu kosong sejak bundaku pergi. Sedari itu juga, aku paham betul peran ibu dan ayah itu beda, mau diutak-atik segimana caranya juga pasti ada bedanya. Aku beruntung karena ayahku soleh wkwk! Maksudnya, ia selalu berusaha mengayomi keluarganya dan kadang menyebut dirinya "bapak rumah tangga". Tapi ga bisa aku tampik, besarnya usaha ayahku ga bisa menggantikan peran dan kehadiran seorang ibu.

Sejalan dengan yang teh Karin sampaikan, "peran seorang ibu tidak bisa digantikan". Betul banget, pengalamanku juga bilang demikian. Oleh sebab itu, dimanapun perempuan berada, kalo ia udah punya anak, mesti hatinya itu terpaut di rumah dan anak-anaknya. Tanggung jawab yang besar tapi bisa jadi anugerah juga kalo dijalankan dengan seringan-ringannya hati, setulus-tulusnya niat, dan sepenuh-penuhnya kasih.

Comments

Popular posts from this blog

Habit 10 Hari Akhir Ramadhan

Hati-hati hati.

Bapak