Menjadi "gapapa"

Menarik sekali gimana seseorang di umur 17 tahun bisa sangat yakin tentang masa depannya, tapi berubah begitu saja setelah ia menginjak umur 21. Padahal ga pernah ragu kalau Tuhan punya rencana terbaik untuk hambanya, tapi ternyata rencanaNya ga sejalan dengan rencanaku. Seolah merasa baik-baik aja perlu usaha yang lebih kuat dibanding hari lainnya.

Selayaknya rezeki tiap manusia yang sebenarnya telah diatur, tiap hari ada aja yang ngajarin cara menjadi gapapa. Ada beberapa hari saat nasehat kawan terasa lebih susah meruntuhkan dinding sakit yang katanya aku rasakan, tapi entahlah, ada-ada aja cara semesta untuk meluruhkan aku lagi. Untuk mencoba lagi, untuk gagal lagi. Pada Tuhanku aku bicara, sesegukan tertahan karena takut mata sembab. Kalau mataku sembab nanti ayah liat dan itu bisa bikin beliau khawatir, aku ga mau itu. Di atas sajadah dua lapis aku bicara betulan "Ya Allah, please guide me, I trust your plan". Iya, pake bahasa inggris karena belakangan lagi sering ngomong bahasa inggris. Dan begitu saja, hatiku tenang lagi.

Bulan Oktober lalu aku ga sengaja ngobrol sama guru SMP-ku, Bu Fera. Di hari itu aku yakin empath itu beneran ada, karena aku langsung sadar kalau beliau adalah empath. Belum sempat cerita keresahanku, beliau dengan karakternya yang "firey but in a loving way" tetiba kasih aku sebuah afirmasi yang sudah lama aku tunggu-tunggu.

"Akan ada hari dimana kamu akan ngerti, kenapa A terjadi bukannya B. Kenapa C yang kamu rencanakan, yang kamu usahakan sehebat mungkin, ternyata malah ga terjadi. Suatu hari akan ada alasannya dan di hari itu kamu pasti bersyukur semua terjadi dengan semestinya"

dan satu lagi,

"Neng, kalau anak baik, semangat, usahanya keras, tapi belum bisa dapet yang dimau, tenang aja. Tenang aja"

Aku masih belum ngerti apa maksudnya, tapi aku yakin tahun depan aku akan mengerti.

Comments

Popular posts from this blog

Habit 10 Hari Akhir Ramadhan

Hati-hati hati.

Bapak